Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5[ImagesOnly]

Style6

Menjawab Klaim 2 Juta Muslim Di Indonesia Murtad

Jakarta|Dalam acara dialog data pemurtadan yang diselenggarakan Komisi Nasional Anti Pemurtadan (Komnas AP) di aula Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Selasa (21/11/2017), Wakil Sekjen Komnas AP, Dr. Muhammad Nanang Prayudyanto mengupas tuntas tentang kebenaran 2 juta muslim murtad tiap tahunnya.

Berawal dari pernyataan yang dilontarkan anggota Komisi Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anton Tabah dan Ustadz Munzir Situmorang dalam berbagai ceramahnya mengatakan bahwa 2 juta muslim murtad tiap tahunnya.

Ungkapan tersebut, menurut Dr. Muhammad Nanang Prayudyanto berbanding terbalik dengan data survei yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2013. “Jumlah muallaf 10 kali jumlah yang murtad,” ujar Dr. Muhammad Nanang mengutip survei Kemenag, di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Jalan Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (21/11/2017).

Lebih lanjut, Dr. Muhammad Nanang menjelaskan tidak hanya Anton Tabah dan Ustadz Munzir Situmorang yang mengatakan 2 juta muslim murtad tiap tahunnya, tetapi hal itu diungkapkan juga dalam Kampanye Save Maryam.

“Approximately 2 million muslims leave Islam every year in Indonesia,” kata Dr. Muhammad Nanang mengutip poster Kampanye Save Maryam.

Namun pada realitanya, Kampanye Save Maryam yang dimotori oleh Yayasan Zakat Mercy Mission hanya untuk mentargetkan uang sebesar 2 juta dollar sebagaimana yang dilakukan di Inggris berhasil mengumpulkan uang sebanyak 20.000 pound sterling atau sekitar Rp 400 juta.

Fahita Advani (muslim Indonesia) dalam tulisannya mengatakan, ada kebohongan badan pengumpulan Zakat Mercy Mission. “Ketika Maulana (muslim Indonesia) mengunjungi kantor mereka di London, mereka (orang Mercy Mission) mengakui bahwa dua juta (murtad ke Kristen) hanyalah strategi pemasaran saja,” ungkapnya.

Walaupun demikian, Dr. Muhammad Nanang menduga pernyataan yang dikeluarkan dalam Kampanye Save Maryam tersebut bukanlah data yang sembarangan.

“Ini berdasarkan asumsi data pejabat Indonesia, yaitu: 1. The World Factbook (CIA) pada bulan Maret 2009 yang mengatakan jumlah Kristen kurang dari 14% (9,2% Protestan, 3,5% Katolik) dan Islam 85,1%; 2. Suryadharma Ali selaku mantan Menteri Agama berkata, umat Islam turun dari 95% menjadi 85%” ungkapnya.

Berdasarkan data tersebut kemudian diolah dan ditambah dari data Kristen yang mengklaim bahwa populasi orang Kristen naik 13%. Jadi, jumlah orang Kristen di Indonesia sekitar 33 juta pada tahun 2010.

“Betulkah jumlah pemeluk Kristen mencapai 33 juta atau 13% dari jumlah penduduk Indonesia?” tanyanya.

Pew Research Center’s Forum on Region & Public Life (Lembaga Riset Internasional) menyimpulkan bahwa dalam jangka waktu 100 tahun (1910-2010) terjadi pergeseran secara dramatis jumlah pemeluk Kristen di dunia.

“Eropa mengalami penurunan dari 66,3% menjadi 25,9% atau rontok 2,5 kali lipat,” tuturnya.

Sedangkan di Asia Pacific, Kristen merupakan agama tercepat yang berkembang dari 4,5% (1910) menjadi 13,1% (2010) atau meningkat tiga kali lipat. “Nah, Asia Pasific ini termasuk Indonesia. Indonesia adalah negara yang menjadi target pemurtadan Asia Pacific,” lanjutnya.

Tidak hanya itu, di Afrika pun populasi Kristen naik dari 1,4% menjadi 23,6% atau 15 kali lipat. “Jadi mereka pindahkan target pemurtadan itu ke Asia Pacific dan Afrika,” tambahnya.

Namun, berdasarkan data sensus penduduk Indonesia dalam jangka waktu 40 tahun sejak 1970-2010 mengatakan bahwa pada tahun 1970 jumlah penduduk yang beragama Islam sebesar 103 juta jiwa (87,5%); tahun 1980 sebanyak 128 juta (87,9%); tahun 1990 sebesar 156 juta (87,2%); tahun 2000 sebesar 177 juta (88,2%); dan pada tahun 2010 sekitar 207 juta (87,2%).

Sedangkan penduduk Kristen dari sumber yang sama menyebutkan bahwa pada tahun 1970 jumlahnya tidak diketahui; tahun 1980 sejumlah 8,5 juta orang (5,8%); tahun 1990 sebanyak 10,8 juta (6,0%); tahun 2000 sejumlah 11,8 juta (5,9%); dan pada tahun 2010 sekitar 16,5 juta (7,0%).

Hal tersebut berbanding terbalik dengan data yang diklaim oleh kalangan Kristen sebelumnya menyebutkan bahwa jumlah orang Kristen di Indonesia mencapai 33 juta pada tahun 2010.

Bahkan, berdasarkan data yang dilansir oleh Pew Research Center’s Forum on Region & Public Life, pada tahun 2011, penduduk Indonesia yang memeluk Kristen hanya mencapai 21 juta orang. Jika diubah menjadi persenan maka hanya mencapai 8,8% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

Meskipun demikian, gereja tetap menolak penganut Kristen hanya 10% dari jumlah penduduk di Indonesia. “Pemuka Kristiani tidak percaya dengan angka ini,” kata Dr. Muhammad Nanang Prayudyanto.

Selain itu, Stephen Tong juga mengklaim bahwa umat Kristiani di Jakarta sudah mencapai 1,2 juta dari jumlah penduduk Jakarta yang hanya 9,5 juta orang berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2014. Itu artinya umat Kristiani mencapai 12,8%.

Pada tahun 2013, Kementerian Agama kembali membuat survei, hasilnya 1.078 orang masuk Islam dan 112 orang keluar dari Islam (murtad). Murtad paling banyak masuk Katolik (37 orang), kemudian Protestan (34 orang), dan Budha (28 orang). Adapun yang masuk Islam paling banyak dari Katolik (484 orang, Protestan (393 orang), dan Budha (127 orang).

Khusus di wilayah Jawa Barat, pemurtadan terjadi cukup besar. Dr. Muhammad Nanang Prayudyanto memperkirakan bahwa sedikitnya 548.000 orang murtad tiap tahunnya. Di wilayah Sumatera Barat jauh di bawah Jawa Barat, yaitu sebesar 4.000 orang. Namun, di Aceh terjadi sebaliknya, tidak kurang dari 18.000 orang masuk Islam per tahunnya.

Berdasarkan data-data tersebut, Dr. Muhammad Nanang Prayudyanto memberikan kesimpulan bahwa tidak benar 2 juta muslim murtad tiap tahunnya. “Tetapi, penurunan jumlah kaum muslimin memang terjadi dan intensitasnya berbeda-beda tiap provinsi,” pungkasnya. [DP]

Sumber: PanjiMas.com