Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5[ImagesOnly]

Style6

Mengapa Di Al Qur'an ,Allah Sering Disebut Aku,DIa,Kami,Allah?

Sebenarnya pertanyaan ini sudah dijawab dari jaman dulu oleh Ulama Ahli Tafsir (bisa dicari di Tafsir² Klasik).
dan para Pendeta dan Umat Nasrani selalu mempertanyakan (setiap kali melihat terjemahan Alquran) pada masa-ke-masa, MENYANGKA & BERTANYA apakah kata "KAMI" dalam Alquran adalah "Tuhan yang lebih dari satu", PADAHAL ayat lain sudah membantahnya bahwa Allah Swt. adalah SATU (salah satunya Surah Al-Ikhlas ayat 1, Q.S. 112: 1), bukan tiga seperti disangkakan Kaum Nashrani.

inilah salah satu tanda keagungan mengapa Alquran diturunkan dalam bahasa Arab.

jikalau Alquran itu diturunkan dengan semua bahasa, tentu akan banyak perbedaan penafsiran kata disetiap wilayah dan perubahan yang susah dipantau dan dideteksi kebenarannya.

jikalau Alquran di Indonesia dimusnahkan dan dibakar, akan datang jutaan Hafidz (Penghafal) Alquran dari seluruh penjuru dunia untuk menggantikannya dengan hafalan yang sama, surah yang sama, ayat yang sama, dan huruf yang sama. begitulah salah satu cara Allah Swt. menjamin kemurnian Alquran.

mari kita bahas sedikit saja RAHASIA Alquran.

kadang Allah Swt. menggunakan kata "AKU", "ALLAH", DIA" didalam Al Qur'an (dalam bahasa Arab adalah "ANA" juga "INNI" atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf "TU", atau juga langsung dengan lafadz "Allah" sendiri, begitu pula dengan kata "Dia" / "Huwa" dalam bahasa Arab).

contoh Ayat,

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ وَجَعَلَ لَهُمْ أَجَلا لا رَيْبَ فِيهِ فَأَبَى الظَّالِمُونَ إِلا كُفُورًا

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran." (Al-Israa' Ayat 99)

dengan maksud SUATU PENCIPTAAN YANG TIDAK MELIBATKAN MAKHLUQ MANAPUN, umumnya ALLAH SWT mengatakan "ANA" / "INNI" (AKU) atau juga "HUWA" (DIA) bisa juga lafadz "ALLAH" sendiri.

"MENUNJUKKAN" HANYA ALLAH SWT SENDIRI YANG MENCIPTAKAN. TIDAK ADA UNSUR LAIN / MAKHLUQ LAIN (SEKUTU) YG MEMBANTU PENCIPTAANNYA.

maknanya menunjukkan kekuatan-Nya yang Maha Dahsyat. tidak ada makhluq pun yang dapat menyamai Keagungan & Kekuatan Penciptaan-Nya Yang Luar Biasa.

contoh Ayat yang lain,

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ

"Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan." (Al-Jaatsiyah Ayat 22)

maksudnya, Allah Swt. sendiri yang menciptakan langit & bumi tanpa ada keterlibatan makhluq lainnya yang membantu.

pernah tau gedung paling tinggi di dunia sekarang yang ada di Dubai? namenye 'Burj Dubai'.

disono ntu butuh arsitek yg mendesainnya, perlu tenaga sipil, tambah kontraktor, tenaga kerja yang banyak, tenaga ahli nyang bejibun.
bisa kita bayangin, berapa orang yg dibutuhkan untuk sebuah penciptaan gedung ini.

seorang FIR'AUN pun TIDAK BISA MEMBUAT PIRAMID-nya HANYA SEORANG DIRI !!!

KAGAK BAKALAN BISA QITE BANDINGIN AME ALLOH SWT APALAGI PENCIPTAANNYA !!!
jaoooooooh mah, kagak ade ape-apenye qite.

kadang Allah Swt juga menggunakan kata "KAMI" didalam Alquran (dalam bahasa Arab adalah "NAHNU" juga "INNA" atau kata kerja yang diakhiri dengan huruf "NAA").

orang Arab tentu akan paham, atau juga orang yg mondok di pesantren yg bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Arab (seperti Pondok Pesantren Gontor dan laen²) tentu tau makna penggunaan kata "Nahnu (kami)".

Contoh 1 : "Nahnu (kami)" memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu "kami" (plural - jamak - banyak),
bisa juga untuk "satu orang" yaitu yg dimaksudkan "saya-sendiri" dengan makna "kemuliaan". (dalam Bahasa Arab)

Contoh 2 : "Antum (kalian)" memang bisa digunakan untuk lebih dari satu yaitu "Kalian" (plural - jamak - banyak),
bisa juga untuk "satu orang" yaitu yg dimaksudkan "Anda" dengan makna "kemuliaan". (dalam Bahasa Arab)
(bukan kata "kamu", yg tidak sopan diucapkan kepada orang tua)

kata "Antum (kalian)", biasanya digunakan oleh para Santri (Murid) untuk memanggil sang Guru (Kyai) (yg seorang diri - bukan jamak/plural). artinya sangat dianggap TIDAK SOPAN jika Santri mengobrol dengan Kyai-nya memanggil dengan kata "ANTA (kamu)", bukan "ANTUM". Bukan berarti "Antum" ini bermakna "kalian" (jamak) akan tetapi BERMAKNA satu untuk "PENGHORMATAN".

Ya, untuk SEBUAH "PENGHORMATAN DAN PENGAGUNGAN".

blum paham? atau paham sedikit?...
mari kita belajar sdikit bahasa Arab dan Inggris 20 detik saja.

I (am) = saya, aku.
You = kamu
We = kami
They = Mereka
He = dia (laki-laki)
She = dia (wanita)
It = dia (benda & hewan)

mari bandingkan dengan bahasa Arab... (sowry, keyboard windows ane ga support ngetik arabic, penyebutannya aje ye)

Huwa = dia (laki-laki)
Huma = dia berdua (laki-laki)
Hum = mereka (laki-laki)
Hiya = dia (perempuan)
Huma = dia berdua (perempuan)
Hunna = mereka (perempuan)
Anta = kamu (laki-laki)
Antuma = kamu berdua (laki-laki)
Antum = kalian (laki-laki)
Anti = kamu (perempuan)
Antuma = kamu berdua (perempuan)
Antunna = kalian (perempuan)
Ana = Saya, Aku
Nahnu = Kami

belum lagi jika digabungkan dengan 'kata kerja', maka akan berubah. contoh kata "fa'ala" (melakukan / "do" dalam english) ditempatkan dengan kata-kata diatas maka akan menjadi: "yaf'alu" (dia (seorang lak-laki) melakukan...), "yaf'alaani" (dia dua orang lak-laki melakukan...), "yaf'aluuna" (mereka (laki-laki) melakukan...), dan seterusnya.... puannjaang dee pokoke...

(sekadar deskripsi bahwa ilmu bahasa Arab itu luas, grammar-nya berbeda dengan bahasa Inggris, ataupun bahasa Indonesia, apalagi bahasa lainnya).

-----> artinya, kita harus mengembalikan makna kata dalam Alquran ke BAHASA ASLINYA, yaitu BAHASA ARAB.

Ok, kembali... lalu mengapa ALLAH SWT menggunakan kata "NAHNU" (KAMI) ???

contoh Ayat,

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ طِينٍ

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah." (Al-Mu'minuun Ayat 12)

kadang Allah Swt. memaksudkan (dalam Alquran) suatu penciptaan yang melibatkan oknum lain dalam penciptaan tersebut sebagai proses, umumnya ALLAH SWT mengatakan "NAHNU" (KAMI), dan juga kadang ALLAH SWT menggunakan kata "ANA" (AKU) di Ayat lainnya.

maknanya, ketika Allah Swt. menciptakan manusia, ada unsur lain yang menjadi PROSES PENCIPTAANNYA. yaitu adanya pertemuan ayah & ibu, bertemunya sel sperma & sel telur. ada PROSES inilah yang kemudian RAHASIA AL QUR'AN mengapa Allah Swt. menggunakan lafadz "NAHNU (KAMI)".

contoh ayat yang sepadan, Allah Swt. mengatakan "Kholaqnaa" yaitu "Kami (menciptakan)"

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal." (Al-Hujuraat Ayat 13)

Lalu Bagaimana dengan ayat...

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”. (Al-Anbiyaa' Ayat 107)

kata Arsalna ( أَرْسَلْنَا 'Kami mengutus') berasal dari kata dasar "Arsala" أَرْسَلْ (yg mempunyai arti; mengutus, memberikan risalah, mengantarkan risalah).

sebagaimana penjelasan sebelumnya diatas, kata "KAMI" yg Allah Swt. maksudkan karena ADANYA OKNUM / UNSUR LAIN DALAM PROSES PENGUTUSAN. YAITU "MALAIKAT JIBRIL" SEBAGAI PENGANTAR WAHYU ALLAH SWT. makanya Allah Swt. menggunakan Kata "NAHNU" (KAMI).

"Menjadi Rahmat" tidak berarti hanya "diri Nabi Muhammad saw." saja, akan tetapi dengan "MUKJIZAT ALQURAN (WAHYU - dari Allah Swt. melalui Malaikat Jibril) dan juga SUNNAH NABI SAW (perilaku & akhlaq beliau selama hidup).

kadang ALLAH SWT menunjukkan kata "INNI" (AKU) dan "NAHNU" (KAMI) didalam Alquran adalah "LITTA'DZHIIM" (menunjukkan Keagungan & Kebesaran).

مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

"Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka." (Al-Ahqaaf Ayat 3)

menjelaskan sesuatu Yang BESAR, AGUNG, MULIA, DAHSYAT.

contoh, dijelasin bahwa bumi itu mengitari matahari, itu saja. padahal tidak hanya sampai disitu saja. bahkan matahari pun berputar mengitari galaksi sebagaimana bumi mengitarinya. dan masing-masing mempunyai jalur lintasannya sendiri. memiliki jarak dan waktu tersendiri. semua bergerak. menakjubkan!

Ayat lainnya, (menunjukkan Keagungan dan Kebesaran Penciptaan-Nya)

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (Adz-Dzaariyaat Ayat 49)

ada langit ada bumi, ada siang ada malam. dll.

tapi kadang di Ayat lain Allah juga menggunakan kata "Aku",

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (Adz Dzaariyaat : Ayat 56)

kata "KAMI" (memahaminya dalam Bahasa Arab) dalam Alquran bukan bermakna "TUHAN ITU LEBIH DARI SATU". Akan tetapi sebagai TA'DZHIIM (PENGAGUNGAN). karena Ayat yang lain mengatakan ALLAH, TIADA TUHAN SELAIN DIA.

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)."
(Al-Baqarah Ayat 255)

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Maha Satu)."
(Al-Ikhlas Ayat 1)

mudah-mudahan bisa dipahami, walau sedikit.

jika ingin lebih banyak referensi, silahkan membaca Tafsiran dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al Jalalein, atau yg dari Indonesia saja seperti Tafsir Al Mishbah, dari Prof. DR. Quraisy Shihab.

Tafsiran-tafsiran seperti ini tidak akan Anda temukan dalam Alquran Terjemahan, baik dari DEPAG maupun yg digital. makanya para Ahlinya (Ulama Tafsir) yang Fasih dan Alim (Luas Ilmunya) menulis Tafsir Alquran ini karena Ilmu Alquran itu SANGATLAH LUAS.

Wallohu Ta'ala A'lam.

Menjawab Tantangan Penghujat Islam Tentang Eksistensi Allah Swt (2)

Penghujat Islam yang sekaligus Misionaris Kristen ,selain Menghujat dan menggugat Eksistensi Allah swt,mereka meminta bukti kalau Allah swt memberikan pertolongan kepada umat Islam sebagaimana Tuhan mereka yang menunjukan ekstensiNya dengan memberikan Pertolongan kepada orang Israil.
dan mereka memberikan contohnya dengan apa yang tercatat didalam Alkitab kalau Tuhan didalam Alkitab memberikan pertolongan kepada bani Israel sepeti ayat ini

Menjawab Tantangan Penghujat Islam tentang Eksistensi Allah (1)

Dalam berbagai forum diskusi seringkali kita temui Misionaris Kristen sekaligus penghujat islam mempertanyakan Eksistensi Allah st,dengan menyampaikan tantangan kepada Muslim dengan meminta bukti Bahwa Allah swt benar benar Ada.

Maka dalam Artikel ini saya akan menyampaikan ringkasan jawaban penulis Atas tantangan dari Misionaris sekaligus Penghujat  Islam tersebut semoga bermanfaat untuk pembaca.
Berikut ini tantangannya

1.TUHAN PERNAH TERLIHAT OLEH MANUSIA
MENYINGKAP EKSISTENSI TUHANNYA YAHUDI & KRISTEN DGN TUHANNYA ISLAM. Tuhannya Yahudi/Israel/Kristen Di Dalam AL KITAB 100 % Terbukti Ada Dan Hidup..Tuhannya Islam/Muslim Di Dalam AL QURAN 100 % Terbukti Tidak Ada Dan Mati
Amor jawab :
Kalau Para kristian membanggakan keberadaan tuhannya karena bisa dilihat manusia maka Apa bedanya keyakinan Kristen dengan PARA PENYEMBAH BERHALA? 

Orang yang Menuhankan GUNUNG, Orang yang menuhankan matahari, GUNUNG DAN BATU,Menuhankan Gurunya?

apa mereka,yang pernah MEMPERTUHANKAN MANUSIA dan PERNAH MATI, tidak pernah BACA AYAT ALKITAB INI?
1 Timotius 6:16,yang menunjukan CIRI CIRI TUHAN SEJATI,yaitu :
1. TIDAK PERNAH MERASAKAN MATI
2. TIDAK PERNAH TERLIHAT OLEH MANUSIA
agar jelas kita lihat ayat tersebut dalam bahasa asalnya dan berbagai versi terjemahannnya :

Menjawab Tentang Dzat Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Ternyata tidak sedikit umat Kristen yang tidak, atau belum, memahami konsep ketuhanan dalam Islam masih "terperangkap" dalam ruang berfikir sempit yang mengira bahwa Allah (atau eksistensi-Nya) yang sering "digambarkan" oleh umat Muslim dengan sebutan "DZAT" adalah sama dengan berbagai dzat yang diciptakan oleh Allah sendiri.

Sebagian dari mereka memang benar-benar bertanya, namun sebagian lagi menjadikannya sebagai olok-olok, bahkan ada yang menuntut untuk "diperlihatkan" wujud Allah sebagai bukti bahwa Allah yang disembah oleh umat Islam itu ada!

Meski kaget, tapi kita tentunya tidak boleh serta merta menyalahkan mereka, sebab semua itu adalah akibat dari ajaran Kristen yang selama hidupnya membatasi mereka untuk menemukan hakikat Tuhan dengan menggunakan akal budinya sendiri-sendiri. Tidak sama denga umat Muslim, pengenalan mereka kepada Tuhan adalah urusan gereja, sedangkan jemaat cukup mengimani saja.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imran[3]:190-191)

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”.

(QS. Yunus[10]:101)

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Q.S. Shaad[38]:27)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

”Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir tentang Dzat Allah ” [Hadits hasan, Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah]

Kata dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau "Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya." (atau dzat Sang Pencipta).

Perhatikanlah Firman Allah subhanahu wata’ala ini:

"Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlas[112]:4) ”Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah), dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. As-Syuuraa[26]:11)

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-An'Aam[6]:103)

Dengan demikian, maka setiap kali kita menyebut Dzat Allah, tidak berarti bahwa dzat yang dimaksud adalah dzat yang sama dengan berbagai dzat ciptaan-Nya sendiri seperti zat cair, zat padat, zat gas, atau zat-zat lain yang menyerupai itu. Sama hal nya dengan ketika kita berkata bahwa Allah Maha Mendengar. Ini juga tidak bisa diartikan sesederhana sebagaimana makhluk ciptaan-Nya mendengar dengan bantuan panca indera telinga.

Perhatikanlah pula Firman Allah subhanahu wata’ala ini:

"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran dari firman Allah." (QS. Al-Baqarah[2]:269)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali-Imran[3]:190)

Jika dalam tiga firman sebelumnya Allah menyiratkan bahwa mustahil panca indera manusia akan mampu mencapai eksistensi-Nya, maka pada dua firman berikutnya (ada puluhan banyaknya yang serupa), Allah menyiratkan kepada kita bahwa manusia, bila mau merendah dan berfikir, niscaya akan mampu mencapai eksistensi-Nya melalui perantara akal.

Rasulullah saw berpesan, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi”

Sabda beliau ini menyiratkan bahwa berfikir tentang ciptaan Allah, walau bagaimanapun, akan menyadarkan kita bahwa Allah itu ada, dan eksistensi-Nya sangat nyata. Namun Rasulullah saw juga mengingatkan; cukuplah sampai di situ saja! Jangan coba-coba untuk berpikir lebih jauh, misalnya tentang bagaimana kira-kira Dzat Allah, atau sosok Allah itu sendiri.

Mengapa demikian? Pertama, karena Allah sendiri sudah mengingatkan kita (Lihat lagi QS. Al-An'Aam [6] :103 di atas) dan Rasulullah saw juga sudah tegas-tegas melarangnya (perhatikan sabda beliau tadi, begitu juga makna yang terkandung dalam QS. Yunus[10]:101 di atas).

Tentang larangan ini tentu Rasulullah saw adalah manusia yang paling mengetahui apa alasannya. Sebab beliau sendiri pernah "bertemu" dengan Allah ketika melakukan perjalanan malam yang kita kenal dengan sebutan Isra' Mi'raj itu. Ini sekaligus juga menjelaskan bahwa prasangka sebagian umat Kristen yang mengatakan bahwa Rasulullah saw "tidak tahu" bagaimana sesungguhnya dzat Allah itu adalah pendapat yang sangat keliru!

Sedangkan alasan yang kedua adalah, walau bagaimanapun kita paksakan, pada kenyataannya seluruh kemampuan panca indera kita yang sangat terbatas ini pasti tidak akan pernah mampu melihat dzat atau wujud Allah!

Sifat Allah adalah mutlak (absolute). Tidak mungkin dibatasi oleh apa pun, apalagi oleh alam pikiran manusia. Sementara sifat manusia sendiri serba sangat terbatas. Untuk membuktikan betapa kecilnya kita dibandingkan dengan betapa Maha Besarnya Allah, salahsatu contoh yang saya pikir sangat mudah untuk difahami misalnya adalah begini:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kita yang sangat kecil ini hidup, berdiri, berjalan, tidur dlsb di atas permukaan bumi yang kita yakini betul bahwa wujudnya ada dan nyata. Tapi jika kemudian ada orang yang bertanya, "Dapatkah anda melihat wujud bumi ini seutuhnya dari tempat anda sekarang berdiri?" Kira-kira apa jawaban anda? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Padahal bumi hanya salahsatu dari bermilyar-milyar ciptaan Allah yang bertebaran di seluruh jagad raya ini. Dapatkah kita, dari tempat berdiri sekarang ini misalnya, melihat benda-benda langit yang konon katanya ada yang ukurannya berlipat-lipat kali lebih besar dari bumi?

Jika anda katakan "Dapat", maka dapat pula dipastikan bahwa anda pasti sedang berdusta. Sedangkan jika anda katakan "Tidak," dan memang demikianlah adanya, lalu bagaimana mungkin kita coba mengandalkan panca indera yang sangat terbatas ini untuk melihat Dzat Allah yang sejatinya adalah Sang Pencipta seluruh benda, atau wujud-wujud lain di alam semesta yang jelas-jelas tidak mampu kita lihat itu? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jadi, gampangnya begini: sedangkan untuk melihat ciptaan-Nya saja kita sudah tidak sanggup, apalagi untuk melihat sang Penciptanya sendiri? --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Maka pengetahuan kita tentang Dzat Allah dengan sendirinya tidak akan mungkin melampaui pengetahuan yang sudah diajarkan oleh Allah sendiri kepada kita seperti misalnya bagaimana sifat-sifat-Nya, bagaimana harus menyebut nama-Nya, apa yang dikehendaki-Nya, apa yang tidak disukai-Nya, dan lain-lain tentang Allah sebagaimana yang sejak awal peradaban manusia telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul-Nya kepada umat manusia. Baik itu melalui wahyu Allah yang diturunkan langsung kepada mereka, maupun yang diturunkan melalui kitab-kitab wahyu Allah seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an.

Adapun bagi umat Muslim, tentu saja pengenalan kepada Allah menjadi seperti apa yang diajarkan di dalam Al-Qur'an dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. Dan dari sinilah umat Muslim menjadi faham betul bahwa konsep Ketuhanan Allah dalam Islam sudah sangat mapan, sehingga tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan, terutama bagi orang-orang yang berpikir dengan menggunakan akalnya secara paripurna.

Jadi, jika kita tetap memaksakan diri juga untuk “mewujudkan” sosok Allah dalam pikiran kita, maka seperti sudah dijelaskan di atas, bagaimanapun bentuk pewujudan itu, PASTI SALAH! Sebab, bukankah selama ini pengetahuan kita tentang bentuk atau wujud selalu berdasarkan pada persepsi yang bersandar pada segala sesuatu yang pernah kita lihat? Sedangkan dari seluruh ajaran Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw (termasuk Nabi Isa) sampai kepada Nabi Muhammad sendiri tentang wujud Allah, kita belajar bahwa semuanya bermuara pada satu persamaan yang hakiki yaitu: Allah sama sekali tidak serupa dengan apa pun yang dapat dibayangkan oleh akal dan dicapai oleh panca indera manusia. Allah kita MAHA GHAIB!

Perhatikan juga ini:

"Bukankah Allah bersemayam di langit yang tinggi? Lihatlah bintang-bintang yang tertinggi, betapa tingginya!" (Ayub 22:12)

"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat," (Yohanes 5:37)

"Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti." (Lukas 8:10)

Itu sebabnya mengapa ketika ajaran para Nabi dan Rasul Allah sebelum Nabi Muhammad saw tentang eksistensi Allah "dibenturkan" pada konsep Trinitas yang TIDAK PERNAH diajarkan oleh Nabi Isa as (Yesus) sendiri, maka turunlah peringatan Allah melalui firman-Nya di dalam Al-Qur'an seperti berikut ini:

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, 'Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara." (QS. An-Nisaa[4]:171)

Semoga bermanfaat!

Nama orisinal Tuhan bukanlah "Yahweh", tetapi "Allah"


Objektif

Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan/atau pernyataan-pernyataan teman-teman non-Muslim:
  
  • APAKAH BENAR ISLAM SIAP MENJAWAB SETIAP PERTANYAAN ?
  • Apakah Allah SWT tertulis di KItab2 sebelum quran? silakan berikan ayat2nya... makasih...
  • emang sudah dijelasin sich bahwa SWT itu TIDAK PERNAH diperkenalkan dalam KITAB2 SEBELUMNYA...
  • Islam NGOTOT bahwa quran adalah PENYEMPURNA Kitab2 sebelumnya.. tapi TIDAK SANGGUP Menunjukkan kesinambungan / benang merah tentang nama Allah SWT dan ajaran ttg Poligami dalam kitan2 tersebut.. atau ada yg MAMPU menunjukkannya di sini? no link, no copas, n no OOT/OON.... moggo
  • ada yg bisa jelaskan ttg SWT? no link, no copas, n no OOT...

dan pertanyaan-pertanyaan serta pernyataan-pernyataan yang senada.



Perhatian

Penggunaan ayat-ayat dalam PL dan PB, sebagai bukti-bukti dalil, dilakukan jika tidak bertentangan dengan Al Qur'an. Karena muslim meyakini bahwa hanya Al Qur'an yang tetap dijaga originalitasnya karena merupakan wahyu terakhir bagi nabiyullah yang terakhir hingga akhir jaman.


Ulasan

Bagian dari artikel ini adalah:
  1. "Allah" berbeda dari bahasa Ibrani "Yahweh"!
  2. Bagaimana bisa sebuah nama dimulai dengan "The" (Yang)? Padahal kata "Yahweh" sendiri artinya adalah "Yang Abadi" ("The Eternal"), "Sang Penguasa" ("The Lord)", "Yang Disembah" ("The GOD") yang berarti juga "As-Samad" dalam bahasa Arab. Itu adalah sebuah gelar sebutan atau panggilan!
  3. "Yahweh" bahkan bukan gelar pertama Tuhan dalam Alkitab!
  4. Lalu mengapa Alkitab berbahasa Arab menggunakan kata "Allah" dan "Yahweh" untuk Tuhan?
  5. Mengapa Yesus memilih untuk mengatakan "Eloi" (yang berbahasa Aram) kepada orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani?
  6. Artikel ini menunjukkan dari sumber Ibrani bahwa Kejadian 1:1 mengatakan "Allah". Ini terbukti dari sumber Ibrani dengan gambaran-gambaran bahwa Nama asli Suci Tuhan Yang Maha Kuasa memang "Allah".
  7. Kata Ibrani "Allaah" adalah kata yang paling dekat dengan "Allah" dan itu berarti Allah.


"Allah" berbeda dari bahasa Ibrani "Yahweh"!

Satu hal yang banyak orang Yahudi dan Kristen yang berbahasa non-Ibrani sering melakukan kesalahan adalah tentang nama Tuhan Yang Maha Kuasa dalam Alkitab. "Yahweh" dalam bahasa Ibrani berarti "The Lord" ("SANG Penguasa"). atau "The Eternal" (YANG Abadi) atau "Yang Disembah" ("The GOD"). Dan gelar-gelar atau sebutan-sebutan ini bukanlah nama. Mari kita lihat kutipan berikut dari sumber-sumber Kristen dan Yahudi:

"Judaism teaches that while God's name exists in written form, it is too holy to be pronounced.  The result has been that, over the last 2000 years, the correct pronunciation has been lost."   (Mankind's Search for GOD, p. 225).

"Yudaisme mengajarkan bahwa sementara nama Tuhan ada dalam bentuk tertulis, nama itu terlalu suci untuk diucapkan. Hasilnya adalah bahwa, selama 2000 tahun terakhir, pengucapan yang benar telah hilang" (Pencarian Manusia untuk Tuhan, hal 225).

Di sini kita jelas melihat bahwa pengucapan untuk nama asli Tuhan telah hilang, dan orang-orang Yahudi tidak tahu apa pengucapan yang tepat dari Kitab Suci dan sumber-sumber daya mereka.


"About 3,500 years ago, God spoke to Moses, saying: 'Thus shall you speak to the Israelites: The LORD [Hebrew: YHWH], the God of your fathers, the God of Abraham, the God of Isaac, and the God of Jacob, has sent me to you: This shall be My name forever, this My appellation for all eternity.'   (Exodus 3:15; Psalm 135:13)"  (Mankind's Search for GOD, p.225).

"Sekitar 3.500 tahun yang lalu, Tuhan berbicara kepada Musa, mengatakan: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN [bahasa Ibrani: YHWH], Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku untuk selamanya '. (Keluaran 3:15; Mazmur 135:13) "(Pencarian Manusia bagi Tuhan, p.225).


"....the four Hebrew consonants YHWH (Yahweh) that in their Latinized form have come to be known over the centuries in English as JEHOVAH."   (Mankind's Search for GOD, p.225).

".... empat konsonan Ibrani YHWH (Yahweh) yang dalam bentuk Latinnya telah ada untuk diketahui selama berabad-abad dalam bahasa Inggris sebagai YEHUWA (JEHOVAH). "(Pencarian Manusia bagi ALLAH, p.225).

Jadi kata "YHWH" atau "Yahweh" atau "Yehuwa" (atau Jehovah dalam bahasa Inggris), BUKAN NAMA ASLI, namun gelar sebutan untuk Tuhan Yang Mahakuasa. Hal ini baik-baik saja, karena orang-orang Yahudi, Kristen dan Muslim memanggil kepada Tuhan sebagai "The Lord" atau "The God" (dalam bahasa Inggris), yang berarti "Yahweh" atau "Yehuwa" dalam bahasa Ibrani dan "Al-Rab" dalam bahasa Arab. "Al-Rab" dalam bahasa Arab dan "Yahweh" dalam bahasa Ibrani dan terjemahan-terjemahan lain dalam semua bahasa lain memanglah gelar sebutan Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi kesemuanya itu BUKAN Nama asli-Nya!

Mari kita lihat Keluaran 3:15 and Mazmur 135:13 Al Kitab New International Version (NIV): 

"God also said to Moses, "Say to the Israelites, `The LORD [Notice that they didn't write Jehovah.  "The LORD" in only a title], the God of your fathers--the God of Abraham, the God of Isaac and the God of Jacob--has sent me to you.' This is my name forever, the name by which I am to be remembered from generation to generation.  (Keluaran 3:15 New International Version)"

"Tuhan juga berfirman kepada Musa," Katakanlah kepada orang Israel: TUHAN [Perhatikan bahwa mereka tidak menulis Yahweh atau Jehovah. "TUHAN" adalah sebutan (title)], Allah nenek moyangmu - Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub - telah mengutus aku kepadamu '. Ini adalah nama-Ku selamanya, nama yang mana Aku diingat dari generasi ke generasi. (Dari Alkitab NIV, Keluaran 3:15) "

"Your name, O LORD, endures forever, your renown, O LORD, through all generations.  (Mazmur 135:13 New International Version)"

"Nama Engkau, ya TUHAN, bahwasanya untuk selamanya, terkenal Anda, ya TUHAN, di semua generasi." (Dari Alkitab NIV, Mazmur 135:13)


Jadi seperti yang kita jelas lihat dari Ayat-ayat di atas dari Alkitab NIV, nama asli Tuhan bukanlah "Yahweh". Gelar "The LORD" atau "The GOD" adalah sebuah gelar sebutan dan nama panggilan (jika Anda berkenan) yang kita katakan kepada Tuhan. Tapi "Yahweh" jelas BUKAN NAMA ASLI Tuhan.

"Allah" di sisi lain adalah sebuah nama. Ini adalah nama Tuhan. Di bawah ini, Anda akan melihat bukti-bukti yang cukup dari bahasa Aram bahwa nama Tuhan Yang Maha Kuasa adalah "Allah".

"Tuhan" dalam bahasa Arab dan bahasa Aram adalah sama, dan itu adalah "Allah".

Yesus saw berbicara dalam bahasa Aram selama pelayanannya.

"Allah" adalah Nama Tuhan, "Elaw" berarti "Tuhan" dalam bahasa Aram: Bagaimana mereka bisa sama?
Saya membuktikan dengan jelas dari Noble Quran bahwa "Allah" berarti Tuhan Yang Maha Agung dalam bahasa Arab.


Bagaimana bisa gelar sebutan yang dimulai dengan "Sang" atau "Yang" (atau "The" dalam bahasa Inggris) menjadi sebuah nama?

Selain bukti-bukti yang jernih di atas tentang Yahweh atau Yehuwa (Jehovah dalam bahasa Inggris) yang adalah merupakan gelar sebutan (Keluaran 3:15) bagi Tuhan, bukan Nama Tuhan, saya ingin mengemukakan pertanyaan sederhana, dan menguji akal sehat secara sederhana:

Bagaimana bisa gelar sebutan yang dimulai dengan "Sang" atau "Yang" (atau "The" dalam bahasa Inggris) menjadi sebuah nama?

Jika saya sebut anda "si jenius" ("dalam bahasa Inggris the genius", atau contoh lainnya adalah "the man", "the hero" dan sejenisnya), apakah hal itu akan benar-benar membuat nama Anda adalah "si jenius" (atau nama anda menjadi "the hero" atau "the man")?

Seorang Kristen baru-baru ini mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani, Yahweh tidak hanya berarti "Sang Penguasa" ("The LORD" dalam bahasa Inggris) atau "Yang Disembah" ("The GOD" dalam bahasa Inggris), tetapi juga berarti "Yang Abadi" ("The Eternal" dalam bahasa Inggris) menurut Kamus Baru Alkitab. Itu semua sempurna bagi saya.

Yang Abadi, Yahweh atau Jehovah, berarti "As-Samad" dalam bahasa Arab. Allah SWT sendiri menyebut diri-Nya "Al-Samad" dalam Al Qur'an (QS. 112:2). Dan saya bersedia untuk memanggil Allah Yang Maha Kuasa mulai dari sekarang dengan sebutan "As-Samad" (Yahweh dalam bahasa Ibrani) dan bukan dengan "Allah SWT" (Nama Kudus-Nya) jika itu akan membuat orang Kristen memahami Islam dan menerimanya!

Seberapa sulit untuk memahami bahwa sebuah gelar sebutan yang dimulai dengan "Yang" atau "Sang" (atau "The" dalam bahasa Inggris) bukanlah sebuah nama! Apalagi menjadi nama asli!

Silahkan kunjungi: "Allah" adalah Nama ALLAH, "Elaw" berarti "TUHAN" dalam bahasa Aram: Bagaimana bisa sama? Saya buktikan dengan jelas dari Al Quran bahwa "Allah" berarti Tuhan Yang Maha Agung dalam bahasa Arab.


"Yahweh" bukanlah hal pertama yang Tuhan tunjukkan mengenai diri-Nya dalam Alkitab!

Beberapa orang Kristen masih bersikeras bahwa Nama asli Suci Tuhan adalah Yahweh. Mereka mengandalkan Keluaran 3:15 untuk membuktikan omong kosong ini. Saya sudah membuktikan dengan jelas di bagian atas bahwa "Yahweh" dalam Keluaran 3:15 itu hanya gelar atau sebutan dan bukan nama, dan Yahweh artinya adalah "Sang Penguasa" ("The LORD"), "Tuhan Yang Disembah" ("The GOD") dan "Yang Abadi" ("The Eternal"), menurut Kamus Baru Alkitab.

Sekarang, mari kita asumsikan untuk pendapat yang kedua yakni yang mengatakan bahwa "Yahweh" adalah nama, yang benar-benar konyol, karena terjemahan bahasa Inggris dari kata "Yahweh" dimulai dengan "the". Karenanya hal ini tetap tidak membuktikan bahwa nama asli Tuhan  adalah Yahweh! Keluaran 3:15 bahwa orang Kristen begitu angkuh untuk menggunakan apa-apa yang diturunkan kepada Nabi Musa saw. Jadi berapa tahun rentang waktu yang ada antara Adam dan Musa as? Mungkin ribuan! Jika tidak bahkan mungkin jutaan!

Jadi menurut logika Kristen, Tuhan Yang Maha Kuasa itu tidak memiliki nama dari zaman Adam sampai zaman Musa di mana Dia, Yang Mahakuasa, konon akhirnya menemukan diri-Nya dan identitas-Nya. Benar? Salah! Itu semua omong kosong!

Nama asli Kudus Allah Maha Kuasa adalah jelas "Allah" atau "Elaw"! Seperti saya katakan di atas, ketika Yesus saw diletakkan di atas kayu salib, dia berseru kepada Tuhan dan berkata "Eloi", yang berasal dari kata "Elaw" atau "Allah". Yesus tidak mengatakan "Yahwahoi"!

Oleh karena itu, setiap orang Kristen yang memutuskan untuk bertindak keras kepala dan menolak fakta yang jelas yang mengatakan bahwasanya Nama asli Suci Tuhan Yang Maha Kuasa memang "Allah", karena takut bahwa hal itu justru akan membuktikan Islam sebagai agama Kebenaran, maka mereka bersalah karena telah berbuat dosa terhadap TUHAN Yang Mahakuasa dengan membedakan-bedakan antara "Yahweh" dan "Allah".


Lalu mengapa Alkitab berbahasa Arab menggunakan kata-kata "Allah" dan "Yahweh" sebagai pengganti kata "Tuhan"?

Seorang Kristen mengangkat pertanyaan ini: Mengapa Alkitab berbahasa Arab tetap menggunakan kata  "Yahweh" untuk Tuhan, jika "Yahweh" bukanlah Nama asli Tuhan Yang Maha Kuasa?

Yang pertama-tama untuk diklarifikasi adalah, Alkitab bahasa Arab menggunakan dua kata yakni "Allah" dan "Yahweh". Silahkan kunjungi artikel ini untuk melihat gambar dari Alkitab bahasa Arab yang menunjukkan penggunaan kata "Allah" bagi Tuhan. Juga penting untuk mengetahui bahwa "Yahweh" bukanlah bahasa Arab. Sama seperti "The Lord" juga bukanlah Arab Arab. Terjemahan tepat untuk "Yahweh" dalam Alkitab bahasa Arab harusnya adalah "As-Samad" untuk "Yang Abadi" ("The Eternal"), atau "Al-Rab" untuk "Sang Penguasa" ("The Lord"), tergantung pada kata yang mereka ingin pilih, karena Yahweh berarti keduanya ("As-Samad" dan "Al-Rab").

Jadi jika mereka memasukkan kata "Yahweh" dalam Alkitab bahasa Arab maka hal tersebut adalah suatu perbuatan bodoh yang berkontradiksi pada Al Kitab itu sendiri, karena jika Anda memilih untuk memanggil Tuhan dengan gelar sebutan "Yahweh" dalam Al Kitab berbahasa Arab (dan hal tersebut merupakan pemaksaan penggunaan kata Ibrani ke dalam bahasa Arab), maka Anda tidak bisa menyebut-Nya dengan "Allah" pada saat yang sama dalam Al Kitab yang sama! Sebaliknya,  memanggil Tuhan dengan kata-kata "As-Samad" atau "Al-Rab" (dalam Al Kitab berbahasa Arab tersebut) sebagai gelar sebutan bagi Yahweh (jika Yahweh dianggap sebagai nama Tuhan) adalah hal yang berbeda dan dapat diterima karena tidak ada kontradiksi dalam hal ini. Kontradiksi terjadi saat digunakannya baik kata Yahweh dan Allah dalam satu Al Kitab yang sama, karena hal tersebut berarti ada dua Tuhan dengan nama yang berbeda!

Jadi tanggapan saya adalah: para teolog Arab, yang berperan dalam penulisan Al Kitab dalam bahasa Arab, membutuhkan pelajaran dasar dalam bahasa Arab dan Ibrani!

 Tambahan dari saudara Yusuf; semoga Allah SWT selalu meridhainya:

"Edisi terbaru oleh International Bible Society dimulai dengan "fi al-Bid'i khalaqa al-samawati ALLAH wal-ardha" Kata normal untuk Tuhan, apalagi, adalah "Allah"., Dalam dialek Kristen Arab serta dalam dialek Yahudi.

"(Saudara Yusuf menceritakan seorang Kristen) Siapa bilang bukan kita?" Kamu katakan bahwa "Allah" bukanlah kata untuk Tuhan dalam Alkitab. Dimulai tepat pada awal dan terus berlanjut selama. Dan kemudian Anda pilih satu ayat, mengabaikan ayat-ayat lainnya Alkitab, PL serta PB. Ayat yang Anda kutip juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai Yahweh, bukan Tuhan; jadi apa maksud Anda? Kami berbicara tentang penunjukan normal untuk satu Tuhan Yang Benar?

Anda kembali mengabaikan fakta bahwa ini juga terjadi dalam dialek Kristen Arab dan Yahudi Arab. Hal ini juga terjadi dalam liturgi Kristen, seperti misalnya dalam liturgi Maronit. Apa lagi yang kau inginkan? Tuhan adalah Allah, Allah adalah Tuhan, dan Allah harus diterjemahkan, tidak hanya secara harfiah".

Untuk lebih membuktikan poin saya, mari kita lihat Kejadian 2:4:

"This is the account of the heavens and the earth when they were created.  When the LORD God made the earth and the heavens-  (From the NIV Bible, Genesis 2:4)"

"Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit," (Keluaran 2:4 Injil New International Version)

Sehingga Anda dapat melihat dengan jelas, "Yahweh" jelas sebuah gelar sebutan yang berarti "TUHAN" dan bukan Nama Tuhan.



Mengapa Yesus memilih untuk mengatakan "Eloi" bahasa Aram kepada orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani?

Mengapa Yesus mengesampingkan bahasa Ibrani dan berbicara "Eloi" (bahasa Aram) meskipun fakta bahwa orang-orang di sekelilingnya adalah Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani? Karena Yesus saw tahu bahwa Nama Suci Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Allah, dan Eloi (Tuhanku atau my God) adalah berasal dari kata Allah (Elaw dalam bahasa Aram). Ibrani "Yahweh" ("The Lord" atau "The God") adalah gelar Tuhan yang diwajibkan bagi orang Yahudi saja. Seperti ditunjukkan dalam bagian pertama dari artikel, orang-orang Yahudi karena ketidakmampuan mereka untuk mengucapkan Nama Suci Allah Yang Maha Kuasa dengan benar, diperintahkan oleh Tuhan untuk memanggil-Nya sebagai "The Lord" ("Sang Penguasa"):

"Yudaisme mengajarkan bahwa sementara nama Allah ada dalam bentuk tertulis, itu terlalu suci untuk diucapkan. Hasilnya adalah bahwa, selama 2000 tahun terakhir, pengucapan yang benar telah hilang.." (Pencarian Manusia untuk Allah, hal 225).

Di sini kita jelas melihat bahwa pengucapan untuk nama asli Tuhan telah hilang, dan orang-orang Yahudi tidak tahu apa pengucapan yang tepat dari Kitab Suci dan sumber-sumber lain milik mereka.

Tapi alasan mengapa Yesus memanggil Tuhan dengan sebutan-Nya dalam bahasa Aram, terlepas dari fakta bahwa setiap orang saat itu berbicara bahasa Ibrani dan Hukum Yahudi ditulis dalam bahasa Ibrani adalah karena Yesus ingin memanggil Tuhan dalam bentuk Tertinggi dan Paling Sempurna: Nama-Nya!

Menyebut Tuhan sebagai "The LORD" atau yang berarti "Yahweh" tentunya hanya tepat untuk orang-orang yang berbicara bahasa Ibrani, orang-orang Yahudi, tetapi tidak untuk bangsa-bangsa dan semua orang non-Yahudi dan generasi setelah itu.


Kata bahasa Ibrani "Allaah" adalah kata yang paling dekat dengan kata bahasa Arab "Allah" dan itu berarti Allah

Berikut ini diberikan kepada saya oleh Denis; semoga Allah SWT membimbing dia ke Islam.

Kata Ibrani yang paling dekat dengan bahasa Arab Allaah (alif-lam-lam-ha) akan menjadi kata Allah dalam bahasa Ibrani (Alef-vovnik-vovnik-heh), yang mana digunakan oleh Muslim yang berbicara dengan bahasa Ibrani, dan telah digunakan oleh Yahudi Arab. Sebagai contoh, kata Bismillaah adalah Bshem Allah dalam bahasa Ibrani. Itu adalah kata Ibrani yang memiliki kemungkinan paling dekat dengan kata Allah dalam bahasa Arab. Ini adalah kata yang persis sama, dan telah menjadi bagian dari bahasa Ibrani setidaknya selama 15 abad (meskipun saya mengakui itu hampir pasti diadopsi dari bahasa Arab).


Wallahu 'alam (and Allah knows best!)

sumber :ISLAM SIAP MENJAWAB PERTANYAAN ANDA

Menjawab Soal 'Kami' yang merujuk kepada Allah didalam ayat ayat Al Qur'an

Banyaknya Ayat Al Qur'an tentang Allah dengan menggunakan kata " KAMI" seringkali dipersoalkan oleh para misionaris maupun penghujat Islam.

Bagi penghujat Islam persoalan Kata Kami di banyak ayat Al Qur'an dituduh sebagai sebagai bukti adanya ayat ayat Al Qur'an yang bertentangan dengan ayat ayat Al Qur'an lainnya yang sangat jelas dan tegas bahwa Allah adalah Esa.

dan Bagi Misionaris adanya kata kami yang merujuk kepada Allah dijadikan pembenaran kalau ayat ayat Al Qur'an membenarkan konsep ketuhanan Trinitas.

tuduhan tuduhan tersebut hanya berdasarkan argumentasi yang sangat dangkal dalam memahami kata "KAMI",yang mereka simpulkan secara absolut bahwa kata kami merujuk kata ganti jamak.

Didalam kitab “Fatawa al Azhar” disebutkan bahwa sesungguhnya Al Qur’an al Karim diturunkan dari sisi Allah swt dengan bahasa arab yang merupakan bahasa Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan diturunkan dengan tingkat balaghah dan kefasehan tertinggi.



Artinya : “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syuara’ : 195)
Dan merupakan suatu kebiasaan dikalangan orang-orang Arab bahwa seorang pembicara mengungkapkan tentang dirinya dengan menggunakan lafazh أنا (saya) dan jika terdapat orang lain bersamanya maka menggunakan lafazh نحن (kami) sebagaimana lafazh نحن (kami) digunakan si pembicara untuk mengagungkan dirinya sendiri. Pengagungan manusia terhadap dirinya sendiri dikarenakan dirinya memiliki berbagai daya tarik untuk diagungkan.
Bisa jadi hal itu dikarenakan dia memiliki jabatan, reputasi, kedudukan atau nasab lalu dia membicarakan tentang dirinya itu sebagai bentuk keagungan dan kebesaran. Bisa jadi juga untuk memberikan perasaan takut didalam hati orang lain seakan-akan dirinya sebanding dengan beberapa orang bukan dengan hanya satu orang. Bisa jadi seseorang mengungkapkan dirinya dengan lafazh نحن (kami) karena begitu banyak keahliannya seakan-akan beberapa orang ada didalam diri satu orang. Sehingga bentuk plural dan jama’ itu adalah pada pengaruhnya bukan pada si pemberi pengaruh.
Bentuk pengagungan diri pembicara atau orang yang diajak bicara terdapat pula didalam bahasa-bahasa lainnya bukan hanya didalam bahasa arab dan digunakan pula untuk tujuan-tujuan seperti disebutkan diatas.
Apabila Allah swt Tuhan Pemilik Keagungan berfirman :
Artinya : “Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.” (QS. Al Insan : 28)
Posisi Allah di situ sebagai pemberi karunia kepada semua makhluk, pemberi nikmat, memberikan perasaan takut dan membuat lari orang-orang kafir sesuai dengan kata ganti pengagungan terhadap diri-Nya yang memberikan makna kuat dan gagah.
Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Posisi di situ sebagai pemilik kemampuan yang mampu memberikan ketenangan berupa pemeliharaan Allah terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan dengan kekuasaan dan hikmah-Nya. Dan apabila Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (QS. Ghafir : 15)
Allah SWT itu bukan manusia dan bukan pula makhluk hidup dengan jenis kelamin. Maka Dia bukan laki-laki dan juga bukan perempuan, bukan pula banci (na'udzubillah minta dzalik).
Adapun bahasa arab, memang punya 14 dhamir atau kata ganti orang. Mulai dari huwa sampai nahnu. Huwa adalah kata ganti untuk orang ketiga, tunggal dan laki-laki.
Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti orang ini sering juga diterapkan untuk lafadz Allah SWT. Al-Quran membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa). Di mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci.
Kalau ternyata Al-Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki.
Penggunaan kata ganti huwa (yang sebenarnya untuk laki-laki) adalah ragam keistimewaan bahasa arab yang tidak ada seorang pun meragukannya.
Maka demikian pula dengan penggunaan kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untukkata ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan, namun sama sekali tidak berarti Allah itu berjumlah banyak.

Orang arab sendiri akan terpingkal-pingkal kalau melihat cara orang Indonesia berusaha menyesatkan orang lain lewat logika aneh bin ajaib seperti ini, yaitu mengatakan Allah itu banyak hanya lantaran di Al-Quran Allah seringkali menggunakan kata ganti kami (nahnu). Betapa kerdilnya logika yang dikembangkan, niatnya mau sok tahu dengan bahasa arab, sementara orang arab sendiri mafhum bahwa bahasa mereka istimewa.
Tidak semua kata nahnu (kami) selalu berarti pelakunya banyak. Memang benar secara umum kata nahnu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi orang yang bodoh dengan bahasa arab terkecoh besar dengan ungkapan ini. Sebenarnya kata kami tidak selalu menunjukkan jumlah yang banyak, tetapi juga menunjukkan kebesaran orang yang menggunakannya.
Misalnya, seorang presiden dari negara arab mengatakan begini, "Kami menyampaikan salam kepada kalian", apakah berarti jumlah presiden negara itu ada lima orang? Tentu saja tidak. Sebab kata "kami" yang digunakannya menggambarkan kebesaran negara dan bangsanya, bukan menunjukkan jumlah presidennya.
Tukang becak di pinggir jalan pun tahu bahwa yang namanya presiden di semua negara pastilah jumlahnya cuma satu, tidak mungkin ada lima. Hanya orang bodoh saja yang mengatakan presiden ada lima. Dan hanya orang bodoh tidak pernah makan sekolahan saja yang mengatakan bahwa Allah itu ada banyak, hanya gara-gara Dia menyebut dirinya dengan lafadz KAMI.
Ini adalah logika paling gila yang pernah diucapkan oleh hewan yang merayap di muka bumi yang mengaku bernama manusia. Dan sayangnya, dengan logika jungkir balik tidak karuan seperti ini, masih saja ada orang yang mau melahapnya mentah-mentah. Masih saja jatuh korban kesesatan tidak lucu dari massa mengambang muslim.[eramuslim/admmuslim menjawab]

Menjawab Gugatan Allah yang banyak bersumpah

Para Penghujat Islam sering kali mempersoalkan Tentang Allah yang bersumpah,kemudian mereka benturkan dengan salah satu Ayat Al Qur'an yang melarang mengikuti orang yang banyak bersumpah.

setidaknya di bawah ini adalah Contoh Gugatan Penghujat Islam dan Juga kami perlu menyampaikan jawaban dari seorang Muslim yang menggunakan nick 'Archa"

Penghujat islam menggugat :

Qs. 68-Al Qalam :10

yang berbunyi:
"Dan janganlah kamu ikuti tiap orang yang banyak bersumpah lagi hina"

Sekarang anda lihat Quran anda, banyak banget segala jenis sumpah di dalamnya sejak awal sampai akhir, nggak kehitung banyaknya kata-kata "Sesungguhnya/Demi" yang artinya bahwa secara tidak langsung Allah bersumpah bahwa melainkan benar-benar dapat dipercaya (seolah-olah Allah ragu-ragu)
Selain kata "sesungguhnya/demi", masih banyak lagi sumpah-sumpah Allah untuk menyakinkan manusia yang notabene adalah Ciptaan-Nya sendiri Sumpah itu antara lain:
"Demi Allah (Allah yang mana lagi??) demi Alquran yang penuh hikmat, demi langit, demi bintang-bintang, demi angin, demi malam, demi matahari, demi bulan, demi subuh, demi kota Mekkah, demi kuda perang, dan lain-lain sebagainya. Kalo dipikir dengan ratio, apakah perlu Allah bersumpah semacam itu, untuk menyakinkan manusia yang padahal semuanya itu adalah ciptaan-Nya??




Muslim menjawab :




Pertanyaan ini juga sering diajukan oleh netters Kristen di forum ini. Biasanya dalam pertanyaan tersebut ada nuansa gugatan :”Koq bisa Tuhan yang Maha Kuasa bersumpah demi sesuatu yang lebih rendah..?? karena sumpah seharusnya dilakukan de...mi hal yang lebih tinggi..”. Dari beberapa kali diskusi, saya menemukan suatu kesimpulan adanya persamaan persepsi dari netters Kristen, ketika terjadi sumpah demi sesuatu, maka sesuatu tersebut diposisikan sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi si pembuat sumpah apabila isi sumpah yang diucapkan tersebut tidak benar, atau pihak yang bersumpah tidak menepati apa yang disumpahkannya. Jadi ketika mereka menemukan dalam Al-Qur’an, Allah bersumpah demi matahari, bulan, bintang, waktu, langit, dll, maka pertanyaannya :”Mana mungkin matahari berkuasa untuk menghakimi Tuhan, apabila Tuhan tidak menepati apa yang telah disumpahkan-Nya..?”.

Dalam Al-Qur’an kita sering menemukan ayat tentang Allah bersumpah demi sesuatu, baik dengan kalimat yang mencantumkan kata ‘bersumpah’ maupun kata tersebut tersembunyi dan hanya mencantumkan ‘demi sesuatu’. Kedua cara ini adalah sama, bahwa Allah telah bersumpah (soal ini terkait dengan pemakaian kaedah tata-bahasa Arab, dimana sumpah disampaikan dengan memakai 3 alternatif huruf : 'waw', 'ba' dan 'ta'.

Pengertian Sumpah dalam Al-Qur'an

Kata ‘sumpah’ berasal dari kata Arab ‘qasam’ yang akar katanya disusun oleh huruf ‘qaf-sin-mim’, kata ini menurunkan beberapa pengertian : to divide, dispose, separate, apportion, distribute..

http://www.studyquran.org/LaneLexicon/Volume8/00000242.pdf

Kata ‘qasam’ diartikan ‘bersumpah’ misalnya terdapat pada ayat :

falaa uqsimu bimawaaqi'i alnnujuumi
[56:75] Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quraan.

falaa uqsimu bialsysyafaqi
[84:16] Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,

laa uqsimu bihaadzaa albaladi
[90:1] Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),

Namun kata ‘qasam’ dengan derivasinya juga diartikan membagi, memisahkan, misalnya terdapat pada ayat :

wa-idzaa hadhara alqismata uluu alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiinu faurzuquuhum minhu waquuluu lahum qawlan ma'ruufaan
[4:8] Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.

Faalmuqassimaati amraan
[51:4] dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan

tilka idzan qismatun dhiizaa
[53:22] Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.

Muncul pertanyaan :

”Lalu apa hubungannya bersumpah dengan membagi atau memisahkan..??”, apa sebenarnya arti bersumpah ketika ada kalimat ‘Tuhan bersumpah demi makhluk’..?? bagaimana sebenarnya posisi makhluk tersebut dalam sumpah tersebut..?? apakah benar posisinya sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi pihak yang bersumpah..?? bagaimana halnya ketika Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri..??

Kata ‘qasam’ sendiri dalam bahasa Arab setara dengan istilah lain :

Dalam bahasa Arab sumpah disebut dengan al-aimanu, al-halfu, al-qasamu. Al-aimanu jama’ dari kata al-yamiinu (tangan kanan) karena orang Arab di zaman Jahiliyah apabila bersumpah satu sama lain saling berpegangan tangan kanan. Kata al-yamiinu secara etimologis dikaitakan dengan tangan kanan yang bisa berarti al-quwwah (kekuatan), dan al-qasam (sumpah). Dengan demikian pengertian al-yuamiinu merupakan perpaduan dari tiga makna tersebut yang selanjutnya digunakan untuk bersumpah. Dikaitkan dengan kekuatan (al-quwwah), karena orang yang ingin mengatakan atau menyatakan sesuatu dikukuhkan dengan sumpah sehingga pernyataannya lebih kuat sebagaimana tangan kanan lebih kuat dari tangan kiri.

http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=53744579012&topic=7485

sehingga selain arti kata : membagi atau memisahkan, ‘bersumpah’ juga mengandung unsur : menguatkan, mengukuhkan.

Yang perlu diperjelas disini adalah, ketika Allah bersumpah dengan nama makhluk-Nya, maka tidak ada suatu kesan yang muncul dari umat Islam, bahwa Allah telah ‘menyerahkan kekuasaan untuk menghakimi’ sumpah-Nya tersebut kepada benda tersebut. Baik didasar sumpah ataupun tidak, ataupun sumpah tersebut dilontarkan oleh siapapun, maka pihak yang berkuasa untuk menghakimi hanyalah Allah. Kalau begitu bagaimanakah sebenarnya ‘status’ makhluk/benda yang terdapat dalam sumpah itu..?? maka posisi makhluk/benda tersebut adalah sebagai SAKSI atas sumpah tersebut, saksi yang dikesankan independen, berdiri sendiri dan terpisah dari pihak yang bersumpah, berfungsi untuk menguatkan dan mengukuhkan bahwa apa yang disampaikan dalam sumpah tersebut benar adanya. Ini terkait dengan tujuan suatu sumpah dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain atas kebenaran apa yang disumpahkan, dimana pihak lain tersebut ragu-ragu atau tidak percaya. Kesan terpisah ini sejalan dengan tujuan disampaikannya sumpah, sehingga seolah-olah Allah mengatakan ;”Sekalipun Aku adalah Tuhan Yang Maha Berkuasa, namun makhluk/benda yang Aku jadikan objek sumpah-Ku, dipersilahkan memutuskan sendiri kesaksiannya. Apabila Aku telah berbohong atau sumpah-Ku tidak benar, maka Aku sendiri yang akan menghakimi diri-Ku..”.

Pengertian ‘qasam’ ini juga berlaku dalam hal Tuhan bersumpah atas diri-Nya sendiri. Pemisahan diibaratkan ‘posisi’ Tuhan sebagai pihak yang bersumpah dan sebagai pihak yang bersaksi merupakan dua hal yang seolah-olah terpisah, sehingga kesaksian Tuhan adalah adli, kuat dan benar. Ini memenuhi tujuan untuk apa sumpah tersebut dilontarkan, yaitu untuk meyakinkan pihak lain yang tidak percaya dan ragu-ragu. Disinilah kesetaraan antara istilah ‘qasam’ dan ‘aimanu’, yaitu kemandirian sebagai saksi menunjang pengukuhan dan penguatan sumpah yang disampaikan.

Berdasarkan penjelasan ini, pertanyaan dari pihak Kristen sudah bisa dijelaskan, apa yang mereka gugat tentang sumpah Allah yang terdapat dalam Al-Qur’an karena mereka memakai ukuran sendiri tentang apa yang dimaksud dengan sumpah dan subjek sumpah, mengartikan bahwa makhluk/n]benda yang terdapat dalam sumpah adalah sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi, dan bukan sebagai saksi yang akan memberikan kesaksian terhadap kebenaran sumpah tersebut. Dalam istilah Islam, terlihat bahwa posisinya bukanlah demikian, karena yang berkuasa untuk menghakimi tetap saja ada ditangan Allah, makhluk/benda berfungsi sebagai saksi..

Sekarang muncul pertanyaan : lalu apakah seorang Muslim bisa bersumpah juga demi/dengan nama makhluk selain Allah..?? Terus-terang saya sama sekali tidak menemukan adanya larangan dalam Al-Qur’an tentang ini. Larangan bersumpah demi/dengan/atas mana selain Allah terdapat dalam hadist :

Umar bin Khaththab mendengar seorang laki-laki mengatakan,”Demi Ka’bah” maka ia mengatakan, “Janganlah bersumpah dengan selain Allah, sesungguhnya aku mendengar rasulullah saw bersabda, ‘barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah kufur atau syirik’” (HR Abu dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad)

Dari Umar bin Khaththab, ia berkata; Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan nenek moyang kalian” (HR Muslim)

Dan hadits Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang berkata dalam sumpahnya, Demi Latta dan Uzza hendaklah ia menebusnya dengan mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illallaah'."

Namun ternyata dalam riwayat yang lain, diungkapkan juga bahwa Rasulullah pernah bersumpah demi makhluk selain Allah :

sabda Nabi kepada seorang Arab Badui, "Demi ayahnya, beruntunglah ia jika benar katanya. Demi ayahnya, niscaya ia masuk Jannah jika benar katanya." (HR Bukhari dan Muslim)

Dan jawaban beliau kepada orang yang bertanya tentang shadaqah, "Demi ayahmu, engkau akan diberitahu tentang hal itu." (HR Bukhari dan Muslim)

Dari sini sebenarnya bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud larangan bersumpah demi nama selain Allah adalah dalam konteks : menjadikan sesuatu selain Allah tersebut sebagai pihak yang berkuasa untuk menghakimi sumpah kita, makanya dalam hadist tersebut dikatakan sebagai syirik, apalagi disampaikan contoh bahwa nama lain selain Allah tersebut adalah Latta dan Uzza, berhala yang sebelumnya disembah oleh kaum musyrik Makkah.

Namun tentu kita harus mensikapinya dengan cara ‘mengambil jalan yang paling aman’, daripada menjadikan makhluk/benda sebagai saksi sumpah kita, akan lebih baik kalau Allah-lah yang kita jadikan saksi, sekaligus pihak yang berkuasa menghakimi sumpah kita. Selain itu jalan yang paling aman, juga terkesan kita sungguh-sungguh melakukan sumpah agar pihak lain yang tidak percaya menjadi yakin dengannya, siapa lagi pihak yang kesaksiannya kuat dan bisa dipercaya melebihi Allah..?? bukankah memang itu tujuan seseorang melakukan sumpah..??

Menjawab tuduhan Soal Allah Berkuasa Menyesatkan Manusia

Di beberapa Forum Diskusi Keagamaan banyak Misionaris yang menyoal masalah Allah menyesatkan Manusia.bagi mereka Bahwa itu tidak mungkin dilakukan Oleh Tuhan ,karena dalam Pandangan mereka Tuhan adalah Maha Baik maka tidak mungking melakukan hal hal yang tidak baik.

Untuk lebih jelasnya kita lihat beberapa Ayat Al Qur’an yang menyampaikan Allah berkuasa Menyesatkan orang orang yang dikehendakinya

1.Allah Berkuasa atas segala sesuatu,berkuasa memberi petunjuk orang orang yang dipilih-Nya maupun menyesatkan orang-orang tertentu.

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلاَ أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ قُلْ إِنَّ اللّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ

audio[13:27] Orang-orang kafir berkata: “Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu’jizat) dari Tuhannya?” Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkansiapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ فَيُضِلُّ اللّهُ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

audio[14:4] Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa

يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاءُ

mengenai menyesatkan ini didalam Terjemahan Depag,penerjemah memberikan foot note

“Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.”

setidaknya siapa yang disesatkan ada ayat Al Qur’an yang menyebut secara spesifik,yaitu orang yang Zalim.

[14:27] Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat

dan kemudian klo dikaitkan dengan penciptaan Iblis/ Syetan,banyak selali ayat yang mengingatkan supaya Manusia jangan mengikuti langkah-langkah Syetan.
bahkan didalam Al qur’an kisah pembangkangan Iblis diulang sebanyak 6 kali

Iblis adalah salah satu contoh kongkrit tentang makhluk yang disesatkan Oleh Allah disebabkan kezalimannya sendiri,yaitu menolak bersikap tunduk dan patuh terhadap Perintah Allah disebabkan oleh kesombongannya yang lebih mengedepankan Asal usul.

jadi sangat jelas sekali bahwa makhluk Allah yang disesatkan tersebut diakibatkan oleh ulah mereka sendiri yang bersikap Zalim

Bagaimana menurut Alkitab,apakah Allah tidak berkuasa Menyesatkan Manusia?

mengenai hal ini ada uraian menarik dari salah satu teman di Forum Swaramuslim,Yaitu Jones yang mencoba menguraikan masalah ini

Menurut Kitab Job (Ayub)

Ayub 12:24 Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal????, dan membuat mereka tersesat???? di padang belantara??? yang tidak ada jalannya. TB

Dilalukan-Nya hati dari dalam penghulu-penghulu di atas bumi; disesatkan-Nya mereka itu di gurun???? yang tiada jalannya. TL

12:24 He taketh away the heart of the chief of the people of the earth, and causeth them to wander in a wilderness where there is no way. KJV

He changeth the heart of the princes of the people of the earth, and deceiveth them that they walk in vain where there is no way. Douay-Rheims

Terjemahan mana yang benar?

Check hebrew bible

24 ‏מֵסִ֗יר לֵ֭ב רָאשֵׁ֣י עַם־הָאָ֑רֶץ וַ֝יַּתְעֵ֗ם בְּתֹ֣הוּ לֹא־דָֽרֶךְ׃

mecir lebb ra`s ‘am ha aretz wa yata`em be tohuw lo` dareka.

mecir = (dia) pencabut

lebb = hati (pl)

ra’sy = kepala (pl)

‘am = penduduk (ingat istilah ra`is ‘aam)

ha aretz = bumi

wa = dan

yata’em dia (masc.) menyesatkan mereka

ta’ berasal dari akar kata ta’ah a primitive root; to vacillate, i.e. reel or stray (literally or figuratively); also causative of both:–(cause to) go astray, deceive, dissemble, (cause to, make to) err, pant, seduce, (make to) stagger, (cause to) wander, be out of the way.

be = dengan/ dalam keadaan

tohuw = kekacauan/ kebingungan
from an unused root meaning to lie waste; a desolation (of surface), i.e. desert; figuratively, a worthless thing; adverbially, in vain:–confusion, empty place, without form, nothing, (thing of) nought, vain, vanity, waste, wilderness.

bandingkan arti tohuw dengan genesis (kejadian 1:2)

2 wa ha aretz hayatah tohuw wa bohu ……etc

1:2 Bumi belum berbentuk dan kosong;……………dst.

lo` = tidak

dareka = jalan/arah
from ‘darak’; a road (as trodden); figuratively, a course of life or mode of action, often adverb:–along, away, because of, + by, conversation, custom, (east-)ward, journey, manner, passenger, through, toward, (high-) (path-)way(-side), whither(-soever)

Berdasarkan lexicon diatas, terjemahan literal Job 12:24 adalah:

Dia pencabut hati para pemimpin bumi dan Dia menyesatkan mereka dalam keadaan kacau tidak berarah.

Ternyata statement yata`em be tohuw lo` dareka- Dia menyesatkan mereka dalam keadaan kacau tidak berarah.. juga tercatat dalam kitab Psalm (Mazmur) 107:40

sofeka buz ‘al nadibim wa yata’em be tohuw lo’ dareka:

107:40 Ditumpahkan-Nya kehinaan ke atas orang-orang terkemuka, dan dibuat-Nya mereka mengembara????? di padang tandus???? yang tiada jalan; TB

107:40 Maka dicurahkan-Nya kehinaan atas raja-raja, disesatkan-Nya mereka itu di tempat sunyi senyap???? yang tiada jalannya. TL

Check juga septuagint

12:24 διαλλασσων καρδιας αρχοντων γης επλανησεν δε αυτους οδω η ουκ ηδεισαν

Diallasson kardias archonton ges eplanesen de autous odo e ouk edeisan.

επλανησεν eplanesen verb – aorist active indicative – third person singular = dia menyesatkan

lemma planao: planao from plane; to (properly, cause to) roam (from safety, truth, or virtue):–go astray, deceive, err, seduce, wander, be out of the way.

plane feminine of – planos (as abstractly); objectively, fraudulence; subjectively, a straying from orthodoxy or piety:–deceit, to deceive, delusion, error.

planos of uncertain affinity; roving (as a tramp), i.e. (by implication) an impostor or misleader; –deceiver, seducing.

de a primary particle (adversative or continuative); but, and, etc.:–also, and, but, moreover, now (often unexpressed in English).

autous = contracted for heautou; self (in some oblique case or reflexively, relation):–her (own), (of) him(-self), his (own), of it, thee, their (own), them(-selves), they. = mereka

odo = οδω noun – dative singular feminine
hodos : a road; by implication, a progress (the route, act or distance); figuratively, a mode or means — journey, (high-)way.

e a primary particle of distinction between two connected terms; disjunctive, or; comparative, than:–and, but (either), (n-)either, except it be, (n-)or (else), rather, save, than, that, what, yea.

ouk = tidak

edeisan = mengetahui ηδεισαν verb – pluperfect active indicative – third person
eido i’-do: to see; by implication, (in the perfect tense only) to know
a primary verb; used only in certain past tenses, the others being borrowed from the equivalent – optanomai and orao ; properly, to see (literally or figuratively); by implication, (in the perfect tense only) to know:–be aware, behold, X can (+ not tell), consider, (have) know(-ledge), look (on), perceive, see, be sure, tell, understand, wish, wot. Compare – optanomai .

Terjemahan Septuagint Job 12:24 (bold) berdasarkan lexicon diatas adalah:

…….Ia (theos) menyesatkan mereka (dari) jalan, tanpa arah.

Juga Psalm 107(106):40 versi Septuagint……………….. επλανησεν αυτους εν αβατω και ουχ οδω

terjemahan literal: …….Dia menyesatkan mereka dalam kekeringan dan tanpa arah.

Apakah menurut bible Tuhan menyesatkan para pemimpin bumi dalam arti literal, hanya sekedar kesasar?

Apa artinya dareka?? (lihat diatas).

Ayat lain

למה תתענו יהוה מדרכיך תקשיח לבנו מיראתך שוב למען עבדיך שבטי נחלתך׃

Isaiah 63:17 lammah tata’enuw yahweh mi darakeyka taqasicha libenuw mi yiri`ateka sub lema’an ‘abadeyka sibatei nachalateka:

63:17 Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat???? dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!

tata’enuw = engkau menyesatkan kami

darakeyka = jalanmu

Terjmahan literal Isaiah 63:17:
63:17 Ya TUHAN, mengapa Engkau menyesatkan kami dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!

Maka berdasarkan semua diatas, ternyata menurut bible Tuhan memang menyesatkan para pemimpin bumi yang disebut dalam Job 12:24 dan juga manusia dari jalan Tuhan.

Check juga PB

2:11 και δια τουτο πεμψει αυτοις ο θεος ενεργειαν πλανης εις το πιστευσαι αυτους τω ψευδει

Kai dia touto pempsei autois o theos energeian planes eis to pisteusai autois to pseudei

2 thes 2:11 Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan yang besar (energeian planes) atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta,

Check juga ayat ini

Psa 58:3 (58-4) Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.

Siapakah yang menetapkan pendusta sesat sejak dari dalam kandungan?

Kesimpulan

berdasarkan Uraian diatas maka sudah sangat Jelas bahwa Menurut Al Qur’an maupun alkitab yang diakui kebenaran isinya oleh para Misionaris,Bahwa Allah berkuasa Menyesatkan Manusia.

kalau masih ada Misionaris Kristen yang masih mempersoalkan tentang Kuasa Allah yang menyesatkan Manusia maka

1. Kalau ia tahu ayat ayat di alkitab Bahwa Allah juga Menyesatkan orang orang tertentu maka Misionaris yang mempersoalkan tentang Allah yang berkuasa Menyesatkan Manusia adalah didorong oleh sikap iri dan kedengkian mereka terhadap Islam

2. kalau ia tidak tahu terhadap ayat ayat tersebut disebabkan minimnya pengetahuan mereka terhadap kitab mereka sendiri maka gugatan mereka didasari oleh kebodohan mereka sendiri